Kita orang koperasi belum mampu menterjemahkan
kebenaran ajaran koperasi dalam suatu program pencapaian.
Antara cita-cita koperasi sebagai soko guru perekonomian bangsa dengan kondisi sekarang memerlukan penterjemahan-penterjemahan. Dan ini tidak disadari oleh orang-orang koperasi.
Khususnya pada sektor mahasiswa, saya banyak berjumpa dengan manusia-manusia pragmatis, tapi jelas arahnya lain (wirausaha). Oleh karena seperti itulah kader–kader koperasi mahasiswa selalu ketinggalan dalam usaha pencapaian dan cenderung bersifat praktis dalam memahami koperasi.
Antara cita-cita koperasi sebagai soko guru perekonomian bangsa dengan kondisi sekarang memerlukan penterjemahan-penterjemahan. Dan ini tidak disadari oleh orang-orang koperasi.
Khususnya pada sektor mahasiswa, saya banyak berjumpa dengan manusia-manusia pragmatis, tapi jelas arahnya lain (wirausaha). Oleh karena seperti itulah kader–kader koperasi mahasiswa selalu ketinggalan dalam usaha pencapaian dan cenderung bersifat praktis dalam memahami koperasi.
Penolakan
kita terhadap cita-cita koperasi tampak dalam model pendidikan kita yang
berbasis kewirausahaan, sesungguhnya cita-cita koperasi lebih mulia dibanding
membangun kemandirian ekonomi secara INDIVIDU. Hal ini jelas menunjukkan betapa
rendahnya kemampuan terjemah kita terhadap ideologi koperasi seutuhnya.
Akibatnya kita hanya terpaku pada cita-cita akhir, tapi tidak ada sama sekali
usaha atau program pencapaian terhadap cita-cita tersebut.
Jikalau
Bung Hatta masih hidup, pasti dia akan sedih dan berkata “koperasi saat ini
hanya mementingkan segelintir individu, jauh dari massa rakyat”. Tak bisa
disangkal realita selalu berubah dan berkembang, sekarang kita berada di era
millennial yang tantangannya lebih massif.
Perjuangan
koperasi beserta cita-citanya hanyalah utopia belaka. Apanya yang ekonomi
kerakyatan! Toh nyata-nyatanya kita adalah antek-antek kapitalis!!!